Wednesday, March 14, 2012

Belajar Hidup Penuh Syukur

Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah beliau sampai hari kiamat. sesungguhnya segala kebaikan dan kenikmatan yang ada pada kita adalah karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, Betapa melimpahnya kenikmatan yang Allah Ta’ala berikan kepada kita, yang tidak terhingga jumlahnya. Allah memberikan kita kehidupan, kesehatan, makanan, minuman, pakaian dan begitu banyak nikmat yang lainnya. Jika kita berusaha menghitung nikmat yang Allah karuniakan kepada kita, niscaya kita tidak akan mampu menghitungnya.

Islam adalah agama yang luar biasa. Disamping memberikan ajaran yang mulia dan tinggi, Islam juga melahirkan generasi-generasi unik yang sulit untuk dicetak kembali. Sejarah telah menulis dengan tinta emas akan kehebatan dan keunikan-keunikannya. Sebuah ajaran yang tidak menyandarkan kemajuannya pada megahnya bangunan, indahnya istana, dan perangkat-perangkat duniawi lainnya. Tapi ajaran Islam meninggalkan manusia yang berhati mulia, berakhlaq luhur, berbudi pekerti tinggi. Islam juga mewariskan nilai bahwa kemuliaan seseorang tidak diukur atas seberapa banyak kekayaannya, setampan atau secantik apa wajahnya. Tapi diukur atas ketakwaan dan kemuliaannya.


Berikut akan dipaparkan salah satu sosok sahabat nabi yang memiliki kedudukan mulia tanpa kekayaan, bermartabat tanpa harus duduk diatas singgasana yang mewah dan megah. Dia adalah Umar bin Khoththob. Ia memperoleh kemuliaan karena taqwa dan imannya. Ia memperoleh martabat justru dari kesederhanaannya. Ia dihargai dan disegani justru ketika ia meninggalkan dunia yang selalu mengejarnya.

Sederhana dalam berpakaian dan makanan

Suatu kali Umar berkata, ‘Tak ada yang halal dari harta Allah bagi Umar kecuali dua pakaian, pakaian untuk musim dingin dan pakaian untuk musim panas. Dan saya tidak pernah memakai pakaian itu untuk menunaikan haji ataupun umrah. Sedangkan makanan saya dan ke­luarga saya adalah sama dengan makanan yang ada di kalangan Quraisy dari golongan yang tidak terlalu kaya dan juga tidak terlalu miskin. Selebih­nya saya adalah salah seorang laki-Iaki dari kalangan kaum muslimin.’

Suatu ketika dua anak Umar, yaitu; Hafshoh dan Abdullah bin Umar datang menemuinya dan berkata, “Andaikata kau memakan makanan yang baik, maka hal itu akan banyak membantumu untuk melakukan kebenaran.’

Umar menjawab, ‘Apakah kalian telah sepakat dalam masalah ini?’ Mereka berkata, ‘Ya!’

Umar kemudian menimpalinya dengan berkata, ‘Saya tahu dan mengerti nasehat kalian, namun jika itu yang saya lakukan, maka sama artinya saya meninggalkan dua sahabatku dalam perjalanannya. Maka jika aku tinggalkan jalan mereka berdua (Rasulullah dan Abu Bakar), maka saya tidak akan berjumpa dengan mereka di tempat singgah (surga).’

Ikrimah bin Khalid juga berkata, ‘Suatu saat masyarakat ditimpa kelaparan yang sangat dahsyat. Maka Umar tidak makan mentega dan minyak samin.

Suatu ketika Utbah bin Farqad bertanya kepada Umar tentang makanan yang dia makan. Umar menjawab setengah mem­bentak, “Celaka kamu! Apakah saya akan memakan makanan yang baik-baik untukku di dunia ini dan berfoya-foya dengannya?”

Dalam kesempatan lain seperti yang diceritakan AI-Hasan, ia berkata: Umar bin Khaththab suatu saat datang ke rumah anaknya ‘Ashim. Saat itu ‘Ashim sedang makan daging. Lantas Umar bertanya, “Apa ini?’

‘Ashim menjawab: ‘Saya ingin sekali makan dengan daging.”

Umar berkata, ‘Apakah setiap yang kamu inginkan kau akan memakannya? Sungguh seseorang dianggap sebagai pemboros jika dia selalu menuruti apa yang dia maui!’

Anas berkata: “Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri ada empat tambalan di baju Umar.”

Abu Utsman an-Nahadi berkata: “Saya melihat kain yang dipakai Umar ditambal dengan kulit.”

Abdullah bin Amir berkata: “Saya pernah menunaikan haji bersama Umar. Dia tidak pernah mendirikan tenda ataupun kemah. Yang dia lakukan adalah menggelar tikar di bawah pohon lalu bernaung di bawah pohon itu.”

Apa yang dilakukan oleh Umar tersebut ia terapkan juga, terutama kepada keluarga dan pejabat pemerintah. Umar sadar bahwa fitnah dunia sangat dasyat dan berpengaruh kuat pada eksistensi seorang muslim. Apa jadinya masyarakat jika kalangan pemimpinnya justru mencontohkan kemewahan dan bermegah-megahan. Karena itu Umar sangat selektif dalam memilih pejabat-pejabat yang akan duduk dalam pemerintahannya.

Khuzaimah bin Tsabit berkata, “Jika Umar mengangkat seorang pejabat, maka dia akan menuliskan untuknya perjanjian dan dia akan mensyaratkan kepada pejabat itu untuk tidak mengendarai kuda, tidak memakan makanan dengan kualitas tinggi, tidak memakai baju yang lembut dan empuk, dan tidak pula menutup pintu rumahnya bagi orang-orang yang menghajatkan dirinya. Jika itu dilakukan, maka ia telah lepas dari sanksi.’

Disamping itu Umar juga memberi teladan dalam berhemat. Qatadah berkata: “Umar yang waktu itu sudah menjadi khalifah ­memakai jubah dari bahan wol yang ditambal dengan kulit. Dia berkeliling di pasar, dan dipundaknya ada cambuk untuk memukul orang yang bertindak curang. Suatu kali Dia melewati penggilingan yang rusak dan mendapat­i biji-bijian berserakan di tengah jalan. Umar kemudian memungutnya dan memberikan­nya ke rumah-rumah penduduk agar mereka bisa dimanfaatkan.

Seorang sahabat bernama Aslam berkata, Umar pernah berkata: “Pernah terdetik dalam hatiku untuk makan ikan yang segar. Lalu Yarfa’ (pelayan di rumah Umar) berangkat dengan kendaraannya untuk mencari ikan segar. Kemudian dia membeli ikan segar sekeranjang kecil yang terbuat dari daun kurma. Dia datang dan menemui Umar untuk menyerahkan ikan segar tersebut. Umar kemudian berkata, “Tunggu, hingga aku Iihat bagaimana kondisi binatang yang kamu tunggangi.” Kemudian Umar melihat binatang tunggangan Yarfa’ dan berkata, “Apakah kau lupa untuk menghapus keringat yang mengucur di bawah telinganya. Kau telah menyiksa binatang gara-gara kemauan Umar. Demi Allah, Umar tidak akan makan isi keranjangmu!” 

Nih cerita dari mana ya .........?

Wallahu A'lam

0 comments:

Post a Comment

 

Blogroll

Site Info

?>

Text

Dunia Islam Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template