Thursday, February 23, 2012

Mencari Ridha Allah

Mencari atau mengharap atau semata-mata demi “keridhaan Allah” adalah ungkapan jawaban yang sering kita dengar tatkala kita menanyakan tujuan dari suatu amal yang dilakukan oleh saudara kita. Jawaban itu sejatinya mencerminkan keimanan yang benar, jika memang diyakini seperti itu, terucap seperti itu, dan terwujud dalam realita amal yang selaras dengan itu jika tercermin dan terlaksana dalam kehidupan sehari - hari.

Alangkah sayangnya, jika kita hanya memahami makna pernyataan yang agung tersebut dan semata-mata hanya menjadi ucapan bibir yang lahir bukan dari pemahaman dan keyakinan. Dan ia menjadi kata-kata yang tidak bermakna karena tidak ada korelasi dengan perilaku kehidupan sehari - hari.

Hal yang sering membuat saya berpikir dan mengevaluasi kembali tentang apa yang telah saya lakukan , ketika dalam kesunyian sendiri menghisab segala ucapan dan perbuatan dan bertanya apakah yang saya lakukan selama ini benar dalam rangka menggapai ridha Allah atau tidak adalah ketika segala sesuatu tidak sesuai dengan apa yang seharusnya sesuai dengan pedoman yang ada.
Terkadang saya pun kembali merenung, apakah artinya dengan mengikhlaskan tujuan karena Allah semata ?

Pernyataan bahwa keimanan yang benar adalah menjadikan Allah sebagai dzat yang satu-satunya dicintai, namun dibalik itu semua keimanan tidak menafikan adanya cinta kepada isteri, anak, atau harta benda. Keimanan yang benar adalah menempatkan cinta kepada semua itu dalam rangka mencintai Allah dan cinta kepada semua itu adalah cinta yang dilakukan melalui jalan yang telah ditunjukkan dalam ayat - ayat - Nya. Bukankah Demikian ..........? 

Keselamatan , keberkahan , karunia , rahmat , ampunan adalah hal yang ghaib, berada dalam genggaman kekuasaan Allah. Apakah pada akhirnya seseorang selamat atau tidak, semua itu menjadi rahasia Allah. Jika seseorang melakukan ketaatan demi memperoleh sesuatu yang masih menjadi rahasia Allah, di mana Allah berkuasa memberikan hal itu, tentu fenomena yang demikian bukanlah sesuatu yang dimaksudkan dalam firman - Nya. 

Sesungguhnya dalam Al Quran itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Al 'Ankabuut : 51

Ridha terhadap Allah berarti menerima semua ketentuan Allah terhadap manusia dan tuntutan Allah terhadap manusia. Ketentuan Allah terhadap manusia merupakan qadha dan qadar yang sudah tertulis dalam kitab Lauh Al-Mahfudz. Apa yang ‘telah’ berlaku atas manusia disebut takdir, yang mana kita diperintahkan untuk mengambil hikmahnya agar kita lebih taat kepada Allah. Dan tuntutan Allah terhadap manusia merupakan takdir syar’i (ketentuan syariat) berupa wahyu Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw untuk dipelajari, diamalkan, dan untuk ditaati.





Mencari ridha Allah bisa diartikan menerima ketentuan Allah atas diri kita. Dalam konteks terbang, berarti siap untuk selamat ataupun tidak selamat, karena semua itu adalah rahasia Allah diluar jangkauan kita. Mencari ridha Allah juga berarti menerima tuntutan Allah terhadap diri kita. Dalam konteks terbang, jika kita menghendaki keselamatan maka kita pun hendaknya banyak mendekatkan diri kepada-Nya dengan melakukan banyak amal ketaatan. Itulah upaya maksimal yang bisa dilakukan.

Mencari ridha Allah berarti berupaya semaksimal mungkin menjalankan ketaatan kepada Allah dan menyerahkan hasil akhir ketaatan itu kepada-Nya. Tentu kita tidak bisa dengan pasti mengklaim atau menilai seseorang itu telah menempuh jalan dalam keridhaan-Nya atau tidak. Tetapi setidaknya kita bisa bertanya kepada diri sendiri apakah kita telah beramal semata-mata mencari ridha Allah atau tidak.


Wallahu A'lam

0 comments:

Post a Comment

 

Blogroll

Site Info

?>

Text

Dunia Islam Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template