Thursday, February 23, 2012

sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergolak

Sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergolak, yang mengelupas kulit kepala, yang memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling dari agama, serta mengumpulkan harta benda lalu menyimpannya.

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir , apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.

kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang miskin yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya.

Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman dari kedatangannya. dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.

Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat yang dipikulnya dan janjinya. dan orang-orang yang memberikan kesaksiannya. dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itu di syurga lagi dimuliakan.

Al MA´AARIJ (TEMPAT-TEMPAT NAIK)











Continue Reading...

Madinah Al Munawarah

Selama ini, kebanyakan dari kita sudah terlanjur memahami kata “madinah” sebagai sebuah nama kota di Saudi Arabia; sebuah kota bersejarah dalam peradaban Islam. Bahkan, karena kemudian kata itu digandeng dengan kata “al-munawarah” sehingga menjadi “madinah al-munawwarah” yang artinya kota yang bercahaya, maka perlahan kata “madinah” dimaknai sebagai “kota” dalam bahasa Indonesia.

Saya pernah mendengar penjelasan dari seseorang bahwa kata “madinah” punya akar kata “dien” yang selama ini diterjemahkan sebagai “agama”. kata “din” itu sendiri telah membawa makna susunan kekuasaan, struktur hukum, aturan dan atau sistem serta norma dan kecenderungan manusia untuk membentuk masyarakat yang mentaati hukum dan mencari pemerintah yang adil. Artinya “din” itu tersembunyi suatu sistem kehidupan. sehingga kemudian madinah menjadi sebuah arti kata yang bermakna lebih luas sebagai Ibukota baik negara atau provinsi , hal ini didapatkan dari penjabaran kota sebagai suatu tempat tersusunnya suatu kekuasaan yang mengatur hukum atau aturan dan sistem yang berlaku di dalam suatu negeri.

Oleh sebab itu ketika din Allah yang bernama Islam itu telah disempurnakan dan dilaksanakan di suatu tempat, maka tempat itu diberi nama Madinah. Artinya, madinah merupakan tempat dilaksanakannya din atau sistem dan atau aturan suatu negara. Seperti halnya, kata “masjid”, yang berasal dari kata sujud, diberi imbuhan “ma” menjadi bermakna “tempat sujud”. Dari akar kata “din” dan Madinah ini lalu dibentuk akar kata baru madana, yang berarti membangun, mendirikan kota, memajukan, memurnikan dan memartabatkan.

Dari akar kata “madana” itu kemudian lahir kata benda “tamaddun” yang secara literal berarti peradaban (civilization) yang berarti juga kota berlandaskan kebudayaan (city base culture) atau kebudayaan kota (culture of the city). 

Pilihan kata dengan terminologi “madinah” yang berarti tempat dilaksanakannya hukum Allah. bisa menjadi sangat jelas, bahwa madinah bukan semata tentang kota. dan, madinah juga pernah ada jauh sebelum Nabi Muhammad ada. Jika pun kemudian ada perubahan nama Yastrib menjadi Madinah, itu karena Nabi Muhammad berkaca dari sejarah kemilau tegaknya Agama Allah oleh Nabi-Nabi terdahulu.

didalam surah Yassin, yang bercerita tentang Nabi Musa, maka anda akan menjumpai satu firman Allah : “wa ja a min aqshal madinati rajulun yas’a.…” "dan datanglah lelaki dari ujung kota”. Jelas, bahwa di masa Musa, terminologi madinah sudah ada.


Lantas apa maksud dari madinah al munawwarah pada zaman rasulullah adalah kota madinah yang bercahaya ataukah madinah dengan arti tempat dilaksanakannya hukum Allah yang bercahaya.

Wallahu A'lam
Continue Reading...

Bilakah Lalai Ini Berakhir?

Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling. (Al Anbiyaa’: 1)

Siapa saja yang memperhatikan keadaan manusia sekarang ini, niscaya akan menemukan kesamaan keadaan mereka dengan setiap ayat - ayat suci al quran dan hadist Rasulullah serta apa yang tertulis didalam kitab - kitab-Nya, yang menceritakan tentang sesuatu yang tidak bisa dibayangkan dimana kita akan melihat kebanyakan manusia lalai terhadap akhirat, lalai terhadap kewajiban agama, lalai terhadap fitrah mereka yang mana mereka diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Mereka rela memeras otak dan tenaganya demi mendapatkan dunia dan perhiasannya, namun untuk agama terasa berat memerasnya. Yang lebih menyedihkan lagi adalah mereka mau mengerjakan kewajiban agama bila ujung-ujungnya mereka mendapatkan dunia.

Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan–Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan (terjemah Huud: 15-16).

Orang yang seperti ini kata Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam, 

تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَعَبْدُ الْخَمِيصَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ تَعِسَ 

وَانْتَكَسَ وَإِذَا شِيكَ فَلَا انْتَقَشَ

“Celaka hamba dinar, hamba dirham dan hamba khamiishah (pakaian mewah), jika diberi ia senang, jika tidak ia marah, celakalah ia dan tersungkurlah, kalau terkena duri semoga tidak tercabut.” (HR. Bukhari)
 
Saat ini tidak dapat kita pungkiri lagi bahwa kebanyakan manusia hidup dalam kelalaian yang nyata dari (mengingat) Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kampung akhirat. Dunia dan seluruh perhiasannya telah menjebak umat manusia, angan-angan tak karuan sudah menipunya, dan mereka telah disetir oleh keinginan-keinginan , serta hawa nafsu yang selalu menyuruh kepada perbuatan yang mereka anggap bagus secara lahiriah, namun dengan ini semua diri masih mengira bahwa telah berbuat sebaik-baiknya perbuatan.

Sesungguhnya ghaflah (lalai, terlena) adalah racun yang sangat mematikan, dan penyakit yang sangat berbahaya, yang dapat menguasai hati, merasuk mencengkram jiwa, serta menawan / melumpuhkan angota badan. Semua aktifitas mereka didasari karena dunia, mereka cinta kepada seseorang karena dunia meskipun orang yang dicintainya adalah orang kafir, bencipun karena dunia meskipun orang yang dibencinya adalah orang mukmin, bertengkar karena dunia, bahkan karena dunia mereka tinggalkan perintah Rabb mereka.

Al Imam Ibnu Al Qayyim rahimahumulloh berkata: Dan barangsiapa memperhatikan keadaan manusia, maka dia pasti dapatkan mereka seluruhnya –kecuali sedikit saja- merupakan golongan orang-orang yang hatinya lalai dari mengingat Alloh Subhanahu wa Ta’ala, mereka mengikuti hawa nafsunya, sehingga urusan-urusan dan kepentingan mereka terabaikan, yaitu mereka kurang perhatian terhadap hal-hal yang mendatangkan manfaat dan membawa kemashlahatan baginya, sedang mereka menyibukan diri dengan hal-hal yang sama sekali tidak bermanfaat baginya, bahkan justru mendatangkan malapetaka bagi mereka, baik sekarang maupun di masa mendatang.

Namun apakah lalainya kebanyakan manusia dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan dari hari kemudian itu merupakan hujjah bagi orang-orang yang lengah dan suka main-main? Sama sekali tidak…..Itu bukan hujjah bagi mereka, bahkan menjadi hujjah atas mereka, karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah mengutus para Rasul, mereka mengajak manusia untuk beribadah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala saja yang tidak ada sekutu baginya, dan meninggalkan jalan-jalan kelengahan dan kesesatan, begitu juga Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan kitab-kitab yang di dalamnya mengandung peringatan dari sikap lalai dan semua pintu-pintunya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hati-mu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (QS: Al ‘Araf: 205)

Al Imam Abu Muhammad Al Qushariy berkata: Sungguh Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah melarang manusia berbuat lalai, dan Dia telah memerintahkan agar selalu mengingat-Nya setiap saat, Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Berdzikirlah (dengan menyebut nama) Alloh dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS: Al-Ahzab: 41) Dan berfirman, yang artinya: “(yaitu) orang-orang yang mengingat Alloh sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring...” (QS: Ali Imran: 191)

Ayat ini menjelaskan bahwa tempat akhir orang-orang yang lalai adalah Jahannam disebabkan mereka memiliki hati, namun hatinya sangat keras, tidak pernah tersentuh dan terenyuh, serta tidak tergerak sedikitpun dengan mau’idhah (wejangan), dia bagaikan batu, bahkan lebih keras. Mereka memiliki mata yang mampu melihat pemandangan dhahir (luar) segala sesuatu, namun tidak mampu melihat dengannya hakikat segala urusan, dan tidak mampu dengannya membedakan antara yang bermanfaat dengan yang membahayakan.

Dan mereka memiliki telinga yang dengannya mereka mendengarkan suara-suara kebatilan, seperti dusta, nyanyian, kata-kata kotor, ghibah, dan namimah, dan mereka tidak mengambil manfaat dengannya dalam mendengarkan hal yang benar dan jujur yang berupa kitab Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan sunnah Rasul-Nya Shallallaahu alaihi wa Sallam. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS: Yunus: 7-8)

Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga memberitahukan bahwa kelalaian itu bila telah menguasai hati menyebabkan seseorang ridla dengan kekufuran, dadanya merasa tenteram dengannya, pintu-pintu hidayah tertutup, dan terkuncilah hati itu, sehingga taubat dan hidayah sangat sulit tercapai, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman dia mendapat kemurkaan Allah, kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman dia tidak berdosa Akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Alloh menimpanya dan baginya azab yang besar. Yang demikian itu disebabkan mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasannya Alloh tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir. Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran, dan penglihatan-nya telah dikunci mati oleh Alloh, dan mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS: An Nahl: 106-108)

Al Imam Ibnu Al Qayyim berkata: Dan lalai dari (mengingat) Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan hari kemudian bila berpasangan dengan mengikuti hawa nafsu maka terlahirlah dari keduanya segala macam keburukan, dan umumnya bergabung antara keduanya dan tidak pernah terpisahkan. Barang siapa memperhatikan kerusakan situasi alam ini, secara umum maupun khusus maka dia bakal mendapatkannya sebagai akibat dari kedua hal ini. Kelalaian menjadi penghalang antara seseorang dengan kemampuan memandang kebenaran, mengetahuinya, dan memahaminya, sehingga ia termasuk dalam jajaran orang-orang yang sesat.


Bersambung Insya Allah

Wallahu A'lam
Continue Reading...

Mencari Ridha Allah

Mencari atau mengharap atau semata-mata demi “keridhaan Allah” adalah ungkapan jawaban yang sering kita dengar tatkala kita menanyakan tujuan dari suatu amal yang dilakukan oleh saudara kita. Jawaban itu sejatinya mencerminkan keimanan yang benar, jika memang diyakini seperti itu, terucap seperti itu, dan terwujud dalam realita amal yang selaras dengan itu jika tercermin dan terlaksana dalam kehidupan sehari - hari.

Alangkah sayangnya, jika kita hanya memahami makna pernyataan yang agung tersebut dan semata-mata hanya menjadi ucapan bibir yang lahir bukan dari pemahaman dan keyakinan. Dan ia menjadi kata-kata yang tidak bermakna karena tidak ada korelasi dengan perilaku kehidupan sehari - hari.

Hal yang sering membuat saya berpikir dan mengevaluasi kembali tentang apa yang telah saya lakukan , ketika dalam kesunyian sendiri menghisab segala ucapan dan perbuatan dan bertanya apakah yang saya lakukan selama ini benar dalam rangka menggapai ridha Allah atau tidak adalah ketika segala sesuatu tidak sesuai dengan apa yang seharusnya sesuai dengan pedoman yang ada.
Terkadang saya pun kembali merenung, apakah artinya dengan mengikhlaskan tujuan karena Allah semata ?

Pernyataan bahwa keimanan yang benar adalah menjadikan Allah sebagai dzat yang satu-satunya dicintai, namun dibalik itu semua keimanan tidak menafikan adanya cinta kepada isteri, anak, atau harta benda. Keimanan yang benar adalah menempatkan cinta kepada semua itu dalam rangka mencintai Allah dan cinta kepada semua itu adalah cinta yang dilakukan melalui jalan yang telah ditunjukkan dalam ayat - ayat - Nya. Bukankah Demikian ..........? 

Keselamatan , keberkahan , karunia , rahmat , ampunan adalah hal yang ghaib, berada dalam genggaman kekuasaan Allah. Apakah pada akhirnya seseorang selamat atau tidak, semua itu menjadi rahasia Allah. Jika seseorang melakukan ketaatan demi memperoleh sesuatu yang masih menjadi rahasia Allah, di mana Allah berkuasa memberikan hal itu, tentu fenomena yang demikian bukanlah sesuatu yang dimaksudkan dalam firman - Nya. 

Sesungguhnya dalam Al Quran itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Al 'Ankabuut : 51

Ridha terhadap Allah berarti menerima semua ketentuan Allah terhadap manusia dan tuntutan Allah terhadap manusia. Ketentuan Allah terhadap manusia merupakan qadha dan qadar yang sudah tertulis dalam kitab Lauh Al-Mahfudz. Apa yang ‘telah’ berlaku atas manusia disebut takdir, yang mana kita diperintahkan untuk mengambil hikmahnya agar kita lebih taat kepada Allah. Dan tuntutan Allah terhadap manusia merupakan takdir syar’i (ketentuan syariat) berupa wahyu Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw untuk dipelajari, diamalkan, dan untuk ditaati.





Mencari ridha Allah bisa diartikan menerima ketentuan Allah atas diri kita. Dalam konteks terbang, berarti siap untuk selamat ataupun tidak selamat, karena semua itu adalah rahasia Allah diluar jangkauan kita. Mencari ridha Allah juga berarti menerima tuntutan Allah terhadap diri kita. Dalam konteks terbang, jika kita menghendaki keselamatan maka kita pun hendaknya banyak mendekatkan diri kepada-Nya dengan melakukan banyak amal ketaatan. Itulah upaya maksimal yang bisa dilakukan.

Mencari ridha Allah berarti berupaya semaksimal mungkin menjalankan ketaatan kepada Allah dan menyerahkan hasil akhir ketaatan itu kepada-Nya. Tentu kita tidak bisa dengan pasti mengklaim atau menilai seseorang itu telah menempuh jalan dalam keridhaan-Nya atau tidak. Tetapi setidaknya kita bisa bertanya kepada diri sendiri apakah kita telah beramal semata-mata mencari ridha Allah atau tidak.


Wallahu A'lam
Continue Reading...

Janji Allah Itu Benar

Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi hari kiamat, yaitu hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya dan bagi merekalah la'nat dan bagi merekalah tempat tinggal yang buruk.

Dan sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa; dan Kami wariskan Taurat kepada Bani Israil, . untuk menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berfikir.

Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi. 

AL MU'MIN (ORANG YANG BERIMAN)

Continue Reading...

Masing Masing Kami Siksa

Dan kaum 'Aad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu kehancuran mereka dari puing-puing tempat tinggal mereka. Dan syaitan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan Allah, sedangkan mereka adalah orang-orang berpandangan tajam, dan juga Karun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan membawa bukti-bukti keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di muka bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput dari kehancuran itu.

Maka masing-masing mereka itu Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.

Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. 

Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Al 'Ankabuut
Continue Reading...

Wednesday, February 22, 2012

Ayat Ayat Allah

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yg pedih.

Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap pahala amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong. 

Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bagian Al Kitab , mereka diseru kepada kitab Allah supaya dengan kitab itu menetapkan hukum diantara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi kebenaran. 

Hal itu adalah karena mereka mengaku: "Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang dapat dihitung." Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan.

Bagaimanakah nanti apabila mereka Kami kumpulkan di hari kiamat yang tidak ada keraguan tentang adanya. Dan disempurnakan kepada tiap-tiap diri balasan apa yang diusahakannya sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan).

Continue Reading...

Al Quran Dan Mu'jizat

Sebagai seorang Muslim yang beriman sudah sepantasnya kita meyakini dengan tidak hanya percaya bahwa Al Quran sebagai kitab suci Islam adalah mu'jizat yang besar dan firman Allah yang tidak akan terhapus dan ternodai kesuciannya sampai akhir zaman. Al-Qur'an diturunkan kepada Muhammad secara ajaib dari Allah  melalui malaikat Jibril (Gabriel), sempurna salinan kata demi kata dan apa yang tertulis adalah kebenaran yang harus diyakini. Oleh karena itu ayat-ayat dari buku ini disebut sebagai ayat, yang juga berarti "tanda" dalam bahasa Arab Hal. ini diyakini bahwa Al-Qur'an seperti yang kita kenal sekarang, adalah sama seperti yang diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad. Al-Qur'an itu sendiri memberikan tantangan terbuka bagi siapa saja yang menyangkal asal mengklaim ilahi untuk menghasilkan teks seperti itu.

Para kritikus percaya bahwa Muhammad dipengaruhi oleh tradisi Yahudi dan Kristen lebih tua, dan karena itu termasuk banyak dari keajaiban dikenal dari Alkitab dalam Al Qur'an. Al-Qur'an sendiri menyatakan bahwa Muhammad buta huruf dan tidak membaca buku atau menulis buku [Quran 29:48] dan bahwa ia tidak tahu tentang peristiwa masa lalu [Quran 03:44] [11:49] [28:44].

Keajaiban diklaim dalam Al-Qur'an dapat diklasifikasikan menjadi kategori berbeda : mukjizat ilmiah dan nubuat.
Mujizat Ilmiah

Keyakinan bahwa telah dinubuatkan dalam Alquran teori-teori ilmiah dan penemuan dizaman sekarang dan telah menjadi keyakinan yang kuat dan luas di dunia Islam kontemporer; nubuat ini sering disediakan sebagai bukti asal-usul ilahi dari Al Qur'an. Fakta-fakta ilmiah diklaim dalam Al Qur'an ada pada subyek yang berbeda, termasuk penciptaan, astronomi, reproduksi manusia, Oseanologi, embroyology, zoologi, siklus air, dan banyak lagi.

Sarjana Islam berpikir bahwa ayat ini mengacu pada fakta-fakta ilmiah dalam Al Qur'an yang akan ditemukan oleh dunia dalam zaman modern, beberapa abad setelah wahyu dan bahkan kekal sampai akhir zaman. Kepercayaan ini, bagaimanapun, diperdebatkan di dunia Muslim. Sementara sebagian percaya dan mendukungnya, beberapa cendekiawan Muslim menentang keyakinan, mengklaim bahwa Al Qur'an bukan buku ilmu pengetahuan; Para sarjana berpendapat, kemungkinan penjelasan ilmiah beberapa fenomena alam, dan menolak untuk mensubordinasikan Al Qur'an untuk ilmu yang selalu berubah.

Nubuat

Bersambung Insya Allah
Continue Reading...

Kedatangan Ilmu Pengatahuan Modern

Kedatangan ilmu Pengetahuan modern di dunia Islam , Pada awal abad kesembilan belas, ilmu pengetahuan modern tiba di dunia Muslim tapi bukan ilmu itu sendiri yang cendekiawan Muslim paling banyak terkena imbasnya. Sebaliknya, "adalah pengalihan arus filosofis berbagai terjerat dengan ilmu pengetahuan yang memiliki efek mendalam pada benak para ilmuwan dan intelektual muslim. Sekolah seperti Positivisme dan Darwinisme merambah dunia Muslim dan didominasi kalangan akademisi dan memiliki dampak yang nyata pada beberapa doktrin teologis Islam. Ada tanggapan yang berbeda untuk ini di antara reaksi-reaksi para ulama Muslim diantaranya adalah sebagai berikut:

Beberapa menolak ilmu pengetahuan modern sebagai pemikiran asing yang korup, mengingat tidak kompatibel dengan ajaran Islam, dan dalam pandangan mereka hanya untuk mengaburkan ajaran terhadap masyarakat Islam yang ketat :





Pemikir lain di dunia Muslim melihat ilmu pengetahuan sebagai satu-satunya sumber pencerahan yang nyata (menurut mereka) dan menganjurkan adopsi lengkap ilmu pengetahuan modern dalam pandangan mereka, dengan mengajarkan masyarakat Muslim akan penguasaan ilmu pengetahuan modern dan penggantian pandangan dunia keagamaan oleh pandangan dunia ilmiah.
Mayoritas ilmuwan Muslim yang setia mencoba untuk beradaptasi Islam dengan temuan ilmu pengetahuan modern, mereka dapat dikategorikan dalam sub kelompok berikut : 

(a) Beberapa pemikir Muslim berusaha untuk membenarkan ilmu pengetahuan modern dengan alasan agama. Motivasi mereka adalah untuk mendorong masyarakat Muslim untuk memperoleh pengetahuan modern dan untuk melindungi masyarakat mereka dari kritik Orientalis dan intelektual Muslim. 

(B) Lainnya mencoba untuk menunjukkan bahwa semua penemuan ilmiah penting telah diprediksi dalam tradisi Islam dan Qur'an dan menarik ilmu pengetahuan modern untuk menjelaskan berbagai aspek iman. 

(C) Namun ulama lain menganjurkan suatu re-interpretasi Islam. Dalam pandangan mereka, kita harus mencoba untuk membangun sebuah teologi baru yang dapat membangun hubungan yang layak antara Islam dan ilmu pengetahuan modern. mencari teologi alam yang melaluinya orang bisa kembali menafsirkan prinsip-prinsip dasar Islam dalam terang ilmu pengetahuan modern. 

(D) Kemudian ada beberapa sarjana Muslim yang percaya bahwa ilmu pengetahuan empiris telah mencapai kesimpulan yang sama dari para nabi yang telah menganjurkan ajaran tersebut beberapa ribu tahun yang lalu.

Akhirnya, beberapa filsuf Muslim dipisahkan temuan ilmu pengetahuan modern dari lampiran filosofisnya. Jadi, sementara mereka memuji upaya ilmuwan Barat untuk penemuan rahasia alam, mereka memperingatkan terhadap berbagai empiris dan interpretasi materialistik dari temuan ilmiah. Pengetahuan ilmiah dapat mengungkapkan beberapa aspek dunia fisik, tetapi tidak harus diidentifikasi dengan alfa dan omega pengetahuan. Sebaliknya, itu harus diintegrasikan ke dalam kerangka metafisik yang konsisten dengan pandangan dunia Islam di mana tingkat yang lebih tinggi dari pengetahuan diakui dan peran ilmu pengetahuan  membawa kita lebih dekat kepada Allah.

Kompatibilitas Islam dan perkembangan ilmu dalam Budaya Islam telah mempromosikan atau menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dalam sengketa. Banyak ulama salaf dan modern setuju dan membenarkan Al Qur'an bahkan mendorong perolehan ilmu dan pengetahuan ilmiah, dan mendesak manusia untuk merenungkan fenomena alam sebagai tanda-tanda ciptaan Allah. Beberapa instrumen ilmiah yang dihasilkan di zaman klasik di dunia Islam yang bertuliskan kutipan Al quran. Banyak Muslim setuju bahwa melakukan penelitian dan mengembangkan ilmu pengetahuan adalah tindakan kebaikan agama, bahkan kewajiban kolektif dari komunitas Muslim.

Sementara yang lain mengklaim penafsiran tradisional Islam tidak kompatibel dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Islam sedikit tertinggal di belakang dari dunia Barat dalam kemajuan ilmu pengetahuan setelah (sekitar) 1500 AD disebabkan oleh oposisi ulama tradisional dalam upaya untuk merumuskan penjelasan sistematis fenomena alam dengan "hukum alam." Dia menyatakan bahwa mereka percaya hukum seperti itu menghina Tuhan karena mereka membatasi "kebebasan Allah untuk bertindak".

Pada awal abad kedua puluh ulama melarang pembelajaran bahasa asing dan diseksi tubuh manusia di sekolah kedokteran. Dalam beberapa tahun terakhir, ketertinggalan dunia Muslim dalam ilmu terwujud dalam jumlah yang tidak proporsional , keluaran ilmiah yang diukur dengan kutipan dari artikel yang dipublikasikan atau beredar luas dimasyarakat, pengeluaran tahunan pada penelitian dan pengembangan, dan jumlah penelitian para ilmuwan dan insinyur.

Menurut banyak sejarawan, ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam berkembang selama abad pertengahan, tetapi mulai menurun pada beberapa waktu di sekitar abad 14 sampai 16 . Setidaknya beberapa sarjana menyalahkan ini pada Contoh konflik dengan interpretasi yang berlaku Islam dan ilmu pengetahuan "munculnya faksi ulama yang membekukan ilmu yang sama dan kemajuan yang layu" dan semakin menjauhkan manusia dari menerima keberadaan Sang Pencipta.

Wallahu A'lam
Continue Reading...

Jika Kamu Menyimpang

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.



Tetapi jika kamu menyimpang dari jalan Allah sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Continue Reading...

Segala puji bagi Allah

Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan apa yang di bumi dan bagi-Nya pula segala puji di akhirat. Dan Dia-lah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang ke luar daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia-lah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun.

Dan orang-orang yang kafir berkata: "Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami."

Katakanlah: "Pasti datang, demi Tuhanku Yang Mengetahui yang ghaib, sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada pula yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata ",

supaya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Mereka itu adalah orang-orang yang baginya ampunan dan rezki yang mulia.

Dan orang-orang yang berusaha untuk menentang ayat-ayat Kami dengan anggapan mereka dapat melemahkan (menggagalkan azab Kami), mereka itu memperoleh azab, yaitu azab yang pedih.

Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki manusia kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.

Dan orang-orang kafir berkata kepada teman-temannya. "Maukah kamu kami tunjukkan kepadamu seorang laki-laki yang memberitakan kepadamu bahwa apabila badanmu telah hancur sehancur-hancurnya, sesungguhnya kamu benar-benar akan dibangkitkan kembali dalam ciptaan yang baru?

Apakah dia mengada-adakan kebohongan terhadap Allah ataukah ada padanya penyakit gila?" 

Tidak, tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat berada dalam siksaan dan kesesatan yang jauh.

Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka?

Jika Kami menghendaki, niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami jatuhkan kepada mereka gumpalan dari langit. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda kekuasaan Tuhan bagi setiap hamba yang kembali kepada-Nya.

Saba' : 1 - 9
Continue Reading...

Sekiranya beriman dan bertakwa

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?

Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?

Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah yang tidak terduga-duga ? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.

Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah lenyap penduduknya, bahwa kalau Kami menghendaki tentu Kami azab mereka karena dosa-dosanya; dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar pelajaran lagi ?

Negeri-negeri yang telah Kami binasakan itu, Kami ceritakan sebagian dari berita-beritanya kepadamu.

Dan sungguh telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, maka mereka juga tidak beriman kepada apa yang dahulunya mereka telah mendustakannya.

Demikianlah Allah mengunci mata hati orang-orang kafir.

Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati kebanyakan mereka orang-orang yang fasik.

Al A'raaf : 96 - 102
Continue Reading...

Kami Turunkan Al Quran

Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.


Maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu,

merasa aman dari bencana ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka,

atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari,

atau Allah mengazab mereka diwaktu mereka dalam perjalanan,

maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak azab itu atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur sampai binasa.

sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Continue Reading...

Kutukan

kutukan dan ancaman

Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak pula mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.

Mereka mempunyai tikar tidur dari api neraka dan di atas mereka ada selimut api neraka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang zalim, dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekedar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.
Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran." 

Dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan." 

Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada Penghuni-penghuni neraka dengan mengatakan : "Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa yang Tuhan kamu menjanjikannya kepadamu?" 

Mereka penduduk neraka menjawab: "Betul." 

Kemudian seorang penyeru mengumumkan di antara kedua golongan itu: "Kutukan Allah ditimpakan kepada orang-orang yang zalim, yaitu orang-orang yang menghalang-halangi manusia dari jalan Allah dan menginginkan agar jalan itu menjadi bengkok, dan mereka kafir kepada kehidupan akhirat." 

Al A'raaf : 40 - 45
Continue Reading...

Neraka Saqar

Al Muddatstsir : 27 - 30

Tahukah kamu apakah neraka Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan Neraka Saqar adalah pembakar kulit manusia. dan di atasnya ada sembilan belas malaikat penjaga.


Al Muddatstsir : 42 - 48

"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?"

Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak pula memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian."

Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa'at dari orang-orang yang memberikan syafa'at.
Continue Reading...

Monday, February 20, 2012

Ilmu Pengetahuan Islam

Dalam sejarah ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan Islam mengacu pada ilmu yang dikembangkan dalam peradaban Islam antara abad ke-8 dan 16, yang dikenal sebagai Masa Keemasan Islam. juga dikenal sebagai ilmu bahasa Arab karena sebagian besar teks-teks selama periode ini ditulis dalam bahasa Arab, lingua franca peradaban Islam. Meskipun istilah-istilah ini, tidak semua ilmuwan selama periode ini adalah Muslim atau Arab, karena ada sejumlah ilmuwan non-Arab terutama Persia, serta beberapa ilmuwan non-Muslim, yang berkontribusi untuk penelitian ilmiah di dunia Islam .

Sejumlah sarjana modern menganggap ilmu pengetahuan modern dan metode ilmiah telah sangat terinspirasi oleh para ilmuwan Muslim yang memperkenalkan pendekatan empiris, eksperimental dan kuantitatif modern untuk penyelidikan ilmiah. Beberapa ulama terkenal menyebut prestasi mereka sebagai sebuah revolusi ilmiah Muslim, meskipun ini tidak bertentangan dengan pandangan tradisional dari Revolusi Ilmiah yang masih didukung oleh kebanyakan ahli.

Hal ini diyakini bahwa itu adalah sikap empiris dari Qur'an dan Sunnah yang terinspirasi ilmuwan Muslim abad pertengahan, di Alhazen tertentu (965-1037), untuk mengembangkan metode ilmiah. Ia juga dikenal bahwa kemajuan tertentu yang dibuat oleh para astronom Muslim abad pertengahan, ahli geografi dan matematikawan dimotivasi oleh masalah yang disajikan dalam Kitab Suci Islam, seperti pengembangan Al-Khwarizmi aljabar untuk memecahkan hukum waris Islam, dan perkembangan astronomi, geometri geografi, dan bola trigonometri untuk menentukan arah kiblat, waktu dari Salah doa, dan tanggal dalam kalender Islam.

Peningkatan penggunaan dalam kedokteran Islam selama berabad-abad dipengaruhi oleh tulisan-tulisan para teolog Islam, Al-Ghazali, yang mendorong studi tentang anatomi dan penggunaan pembedahan sebagai metode memperoleh pengetahuan tentang ciptaan Tuhan. Dalam koleksi al-Bukhari dan Muslim dari hadits shahih dikatakan: "Tidak ada penyakit yang Allah telah menciptakan, kecuali bahwa Dia juga telah menciptakan pengobatannya." (HR Bukhari ). Hal ini memuncak dalam karya Ibn al-Nafis (1213-1288), yang menemukan sirkulasi paru pada 1242 dan digunakan penemuannya sebagai bukti doktrin Islam ortodoks dari kebangkitan tubuh. Ibn al-Nafis juga digunakan Kitab Suci Islam sebagai pembenaran untuk penolakannya terhadap anggur sebagai pengobatan sendiri. Kritik terhadap alkimia dan astrologi juga dimotivasi oleh agama, sebagai teolog Islam ortodoks memandang keyakinan alkemis dan astrolog sebagai takhayul.

Fakhr al-Din al-Razi (1149-1209), dalam menangani konsepsinya tentang fisika dan dunia fisik dalam bukunya Matalib, membahas Islam kosmologi, mengkritik gagasan Aristoteles tentang sentralitas bumi dalam alam semesta, dan "mengeksplorasi gagasan adanya multiverse dalam konteks komentarnya, "berdasarkan ayat Al-Qur'an," Segala pujian milik Allah, Tuhan semesta alam. " Dia mengangkat pertanyaan apakah istilah "dunia" dalam ayat ini mengacu pada "dunia dalam beberapa alam semesta yang tunggal atau kosmos, atau alam semesta lain atau multiverse luar alam semesta yang diketahui." Atas dasar ayat ini, ia berpendapat bahwa Tuhan telah menciptakan lebih dari seribu dunia di luar dunia ini sehingga setiap orang dari dunia-dunia menjadi lebih besar dan lebih besar dari dunia ini serta memiliki sejenisnya dari apa yang dunia ini.

Menurut banyak sejarawan, ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam berkembang selama abad pertengahan, tetapi mulai menurun pada beberapa waktu sekitar 14 sampai 16 abad. Setidaknya beberapa sarjana menyalahkan ini pada munculnya beberapa ulama yang membekukan ilmu yang sama dan kemajuan layu yang pada dasarnya tidak memberikan pengaruh apapun kepada manusia melainkan kebanyakan manusia semakin tidak percaya kepada adanya Sang Pencipta. 

Tidak dapat kita tolak dan sudah terbukti adanya bahwa ilmu pengetahuan yang sejatinya telah Allah Subhanahu Wata'ala berikan mustinya memberikan kebahagian dan ketenangan serta ketentraman dan Iman , kini malah sebaliknya semakin menjerumuskan manusia pada ke-syirikan dan kekufuran akan adanya Sang Pencipta. (bersambung Insya Allah)

Wallahu A'lam
Continue Reading...

Islam Dan Science

Islam dan ilmu pengetahuan menggambarkan hubungan antara komunitas Muslim dan ilmu pengetahuan pada umumnya. Dari sudut pandang Islam, ilmu pengetahuan, studi tentang alam, dianggap terkait dengan konsep Tauhid (keesaan Tuhan), seperti juga semua cabang pengetahuan lainnya.

Dalam Islam, alam tidak dilihat sebagai entitas yang terpisah, melainkan sebagai bagian integral dari pandangan holistik Islam tentang Tuhan, kemanusiaan, dan dunia. Link ini menyiratkan aspek suci untuk mengejar pengetahuan ilmiah oleh umat Islam, karena alam itu sendiri dilihat dalam Al Qur'an sebagai kumpulan tanda-tanda yang menunjuk kepada Tuhan. 

Adalah dengan pemahaman ini bahwa mengejar ilmu ditoleransi dalam peradaban Islam, khususnya selama kedelapan sampai abad keenam belas, sebelum kolonisasi dunia Muslim. keberadaan ilmu pengetahuan, sebagaimana dipahami dalam pengertian modern, berakar dalam pemikiran ilmiah dan pengetahuan yang muncul dalam Islam peradaban selama ini.

Ilmuwan Muslim dan ulama kemudian mengembangkan spektrum sudut pandang pada tempat pembelajaran ilmiah dalam konteks Islam, tidak ada yang secara universal diterima. Namun, sebagian mempertahankan pandangan bahwa akuisisi mengejar pengetahuan dan ilmiah pada umumnya adalah tidak menyelisihkan dengan pemikiran Islam dan keyakinan agama. 

Agama Islam memiliki sistem sendiri terhadap pandangan dunia termasuk keyakinan tentang "realitas terakhir, epistemologi, ontologi, etika, tujuan, dll" Setiap Muslim harus percaya dan yaqin bahwa Al Qur'an adalah wahyu terakhir Allah untuk membimbing manusia.

mengejar pengetahuan dan pemahaman tentang alam dunia dan kegiatan sosial mengikuti metodologi sistematis berdasarkan bukti. Ini adalah sebuah sistem memperoleh pengetahuan berdasarkan empirisme, eksperimentasi, dan naturalisme metodologis, serta tubuh yang terorganisasi manusia telah mendapatkan pengetahuan dengan penelitian tersebut.

Para ilmuwan berpendapat bahwa penelitian ilmiah harus sesuai dengan metode ilmiah, sebuah proses untuk mengevaluasi pengetahuan empiris yang menjelaskan peristiwa yang dapat diamati di alam sebagai hasil dari sebab-sebab alamiah, menolak gagasan supranatural. Islam, seperti semua agama, percaya pada supranatural yang dapat diakses atau berinteraksi dengan manusia dalam kehidupan ini.

Salah satu fitur yang paling penting dari Ilmu adalah prediksi kuantitatif yang tepat dalam aspek ini hal itu berbeda dari teks-teks agama di mana fenomena fisik digambarkan dalam cara yang sangat kualitatif, seringkali dengan penggunaan kata-kata yang membawa beberapa makna. (Bersambung InSya Allah)

Wallahu A'lam
Continue Reading...

Bapak Penjual Keliling

Bapak tua yang usianya lebih dari 50 tahun ini, kira-kira usianya sekarang sepertinya menginjak 70 Tahun, yang dengan dagangan makanan anak-anak (snack)  Miris memang lihat sibapak yang dengan usianya itu cukup berat menjajakan barang dagangannya.

Bapak Fulan, anggap saja nama beliau begitu dari penampilan fisiknya memang bapak dan anak ini, bagi saya memprihatinkan, baju lusuh , celana lusuh dan kopiah hitam yang sudah berganti warna agak kekuning kuningan itu selalu menghiasi kepalanya.

Sehabis shalat subuh beliau sudah sampai di rumah , dengan tongkat kayu di bahu yang biasa dipakai untuk memanggul barang dagangan yang mau dijajakannya keliling keluar masuk perkampungan dan sekolahan , Berbeda dengan anak muda / para pedagang / salesman masa kini yang berjualan dengan menggunakan motor agar bisa menjangkau konsumen lebih banyak dan lebih jauh bapak fulan menjajakan barang dagangannya hanya dengan berjalan kaki sambil memanggul barang dagangannya.

Dari jauh saya memperhatikan sebuah pemandangan yang luar biasa. Pemandangan yang jarang sekali terjadi di zaman sekarang ini, zaman yang sudah tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk, halal dan haram kini sudah menjadi potret buram, idealisme hanya menjadi sebuah wacana dan perbincangan para politikus yang ingin berebut kursi pemerintahan. 

Disaat anak - anak muda , remaja , mahasiswa dan orang - orang pintar berjibaku dengan segala keinginan dan kemewahan serta bermegah megahan , masih ada yang seseorang yang mengajarkan kepada kita untuk menggunakan karunia Ilahi yang diberikan kepada mahkluk-Nya, dan tidak mengindahkan berhala - berhala baru buatan manusia yang kebanyakan orang menganggapnya sebagai kemajuan dan perbaikan namun pada hakekatnya itu adalah kerusakan.

Wallahu A'lam
Continue Reading...

Amar ma'ruf nahi munkar

Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” [Luqman 17]

Jika kita tidak mau melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, maka Allah akan menyiksa kita dengan pemimpin yang zhalim dan menindas kita dan tidak mengabulkan segala doa kita :

Hendaklah kamu beramar ma’ruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdo’a dan tidak dikabulkan (do’a mereka). (HR. Abu Zar) [1]

Amar Ma'ruf Nahi Munkar dilakukan sesuai kemampuan. Yaitu dengan tangan/kekuasaan jika dia adalah penguasa / punya jabatan. Dengan lisan / tulisan jika dia adalah jurnalis atau intelektual. Atau minimal membencinya dalam hati atas kemungkaran yang ada. Ini adalah selemah-lemah iman (Hadits). Pelaku amar ma’ruf nahi munkar hendaknya menghiasi dirinya dengan sifat terpuji dan akhlak mulia. Di antara sifat pelaku amar ma’ruf nahi munkar yang terpenting adalah :

Ikhlash

Hendaklah seorang pelaku amar ma’ruf nahi munkar manjadikan tujuannya keridhaan Allah semata, tidak mengharapkan balasan dan syukur dari orang lain. Demikianlah yang dilakukan para Nabi, Allah berfirman:

وَمَآأَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلاَّ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ

Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Rabb semesta alam. (QS.Asy-Syu’araa` 26:145)

وَمآأَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلاَّ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينََ

Dan sekali-kali aku tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Rabb semesta alam. (QS. Asy-Syu’araa`26:127)

وَمَآأَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلاَّ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ

Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Rabb semesta alam. (QS. Asy-Syu’araa` 26:109)

“Apabila amar ma’ruf nahi munkar tersebut mencakup hal yang mendatangkan kemaslahatan dan menolak kemudhorotan, maka harus dilihat penentangnya. Jika yang hilang dari kemaslahatan atau mafsadat yang datang lebih besar, mak dia tidak diperintahkan. Bahkan menjadi haram, bilamana mafsadatnya lebih besar dari kemaslahatannya. Akan tetapi standar ukuran maslahat dan mafsadatnya adalah syari’at.”

Orang yang ingin amar ma’ruf nahi munkar baik dengan lisannya, atau dengan tangannya begitu saja tanpa fiqih, hilm, kesabaran, tidak memandang apa yang maslahat dan yang tidak maslahat dan tidak mengukur mana yang mampu dan yang tidak dimampui Lalu melakukan amar ma’ruf nahi munkar dengan keyakinan mentaati Allah dan RasulNya, namun hakikatnya dia telah melanggar batasan-batasan Allah Ta’ala

Jika kemaslahatan lebih besar dari mafsadatnya, maka disyari’atkan beramar ma’ruf nahi munkar. Jika amar ma’ruf nahi munkar merupakan kewajiban yang agung atau sunnah, maka mesti kemaslahatan yang ada padanya lebih besar dari mafsadatnya, karena demikianlah para rasul diutus dan kitab-kitab suci diturunkan. Sedangkan Allah Ta’ala tidak menyukai kerusakan, bahkan seluruh perintahNya adalah kebaikan. Dia memuji kebaikan dan pelakunya serta orang yang beriman dan beramal sholih. Diapun mencela kerusakan dan orang yang melakukan kerusakan dalam banyak ayat di Al Qur’an.

Jika mafsadat lebih besar dari kemaslahatannya, maka diharamkan beramar ma’ruf nahi munkar, karena menolak mafsadat lebih didahulukan dari mendapat kemaslahatan. Apabila amar ma’ruf nahi munkar tersebut mencakup hal yang mendatangkan kemaslahatan dan menolak kemudhorotan, maka harus dilihat penentangnya. Jika yang hilang dari kemaslahatan atau mafsadat yang datang lebih besar, maka dia tidak diperintahkan. Bahkan menjadi haram, bilamana mafsadatnya lebih besar dari kemaslahatannya. Akan tetapi standar ukuran maslahat dan mafsadatnya adalah syari’at. Kapan saja seseorang sanggup melaksanakan apa yang diperintahkan syari’at, maka jangan berpaling darinya. Jika tidak, maka hendaklah ia berijtihad untuk mengetahui yang serupa dan sama, dan sedikit sekali orang yang pakar terhadap nash-nash dan penunjukannya terhadap hukum tidak menemukannya.

Jika ajakan melakukan ketaatan mendatangkan kemaksiatan yang lebih besar, maka ditinggalkan ajakan tersebut untuk menolak adanya kemaksiatan itu. Seorang alim dalam bayan dan balagh , terkadang mengakhirkan bayan dan balaghnya karena sesuatu sampai pada waktu yang pas, sebagaimana Allah Ta’ala mengakhirkan turunnya Ayat dan penjelasan hukum sampai waktu Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam mampu menjelaskannya.

Jika mafsadat dan maslahat sama besarnya, tidak disyariatkan amar ma’ruf nahi munkar, karena tujuan dari pensyari’atan hukum-hukum adalah untuk menolak mafsadat dan mendapatkan maslahat bagi manusia. Jika perkara ma’ruf dan munkar sama dominant dan tak terpisah, maka amar ma’ruf nahi munkar tidak diperintahkan dan tidak dilarang. Terkadang amar ma’ruflah yang harus dilakukan dan terkadang nahi munkarlah yang harus dilakukan atau terkadang kedua-duanya tidak dilaksanakan, karena kema’rufan dan kemunkaran tidak terpisahkan.

Barang siapa yang meneliti fitnah yang besar atau kecil yang terjadi dalam Islam, akan melihat hal itu disebabkan karena melalaikan pokok kaedah ini dan tidak sabar dalam (mengingkari) kemunkaran. Menuntut hilangnya kemunkaran, akan tetapi lahir darinya kemunkaran yang lebih besar. Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu melihat di Makkah satu kemunkaran besar dan tidak dapat merubahnya, bahkan ketika Allah taklukan Makkah dan menjadi negeri Islam, beliau bertekad untuk merubah Ka’bah dan mengembalikannya sesuai dasar bangunan Nabi Ibrohim. Akan tetapi tercegah -walaupun beliau mampu- kekhawatiran munculnya sesuatu yang lebih besar dari itu, berupa tantangan Quraisy, karena mereka baru masuk Islam dan meninggalkan kekufuran. Oleh karena itu tidak diizinkan mengingkari para penguasa dengan tangan, karena akan menghasilkan kemunculan sesuatu yang lebih besar darinya.”

Hendaknya pelaku amar ma’ruf nahi munkar mengenal dan mengetahui kaidah Saddudz dzara’I menahan sesuatu yang dapat mengantar kepada kemunkaran. Sebagaimana digunakan Allah Ta’ala dalam firmanNya:

وَلاَتَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللهِ فَيَسُبُّوا اللهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ كَذَلِكَ زَيَّنَّا لِكُلٍّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ 

إِلَى رَبِّهِم مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jaidkan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Rabb mereka kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS. 6:108)

Demikian juga Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan hal itu dalam hadits :

عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ حُيَيٍّ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُعْتَكِفًا فَأَتَيْتُهُ أَزُورُهُ لَيْلًا فَحَدَّثْتُهُ ثُمَّ قُمْتُ فَانْقَلَبْتُ فَقَامَ مَعِي لِيَقْلِبَنِي فَمَرَّ رَجُلَانِ مِنَ الْأَنْصَارِ فَلَمَّا رَأَيَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْرَعَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَيٍّ فَقَالَا سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ وَإِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا سُوءًا أَوْ قَالَ شَيْئًا

Dari Shofiyah binti Huyaiy, beliau berkata:”Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang beri’tikaf, lalu aku datang menziarahinya pada satu malam. Saya berbicara kepada beliau, lalu bangkit untuk pulang. Kamudian beliau bangkit untuk mengantarkanku, lalu lewatlah dua orang anshor. Ketika beliau melihat keduanya mempercepat jalan, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Perlahanlah kalian, sesungguhnya dia adalah Shofiyah binti Huyaiy.” Lalu keduanya berkata: “Subhanallah, wahai Rasululloh.” Beliau berkata: ” sesungguhnya Syeithon masuk ke dalam manusia melalui aliran darah dan aku khawatir dia memasukkan kejelekan ke dalam hati kalian berdua.”. (Riwayat al-Bukhori dan Muslim).

Karena kebanyakan pelaku amar ma’ruf nahi munkar terkadang melampaui batasan, adakalanya karena kebodohan dan kadang karena kedzoliman. Permasalahan ini harus dilakukan dengan ketelitian, baik dalam mengingkari kemunkaran terhadap orang kafir, munafik, fasik atau orang yang bermaksiat.”

Kemudian dia berkata lagi :

Hendaklah melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar mengikuti tuntunan syari’at, dari ilmu, rifq, kesabaran, niat yang ikhlas dan mengikuti jalan yang lurus. Hendaklah menjadi teladan bagi orang lain, karena pengaruh mencontoh dan meniru cukup besar dalam diri orang yang didakwahi. Oleh karena itu Allah Ta’ala jadikan Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam contoh teladan terbaik agar manusia mencontoh seluruh perbuatan dan perkataannya. Allah berfirman:

لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. 33:21)

Sehingga seorang pelaku amar ma’ruf nahi munkar hendaklah merasa bahwa Islam memerintahkannya mengikuti teladan yang baik, teladan para Rasul, orang sholeh dan mulia. Hendaklah dia menjadi salah satu dari mereka tersebut, agar menjadi contoh teladan dalam perkataan dan perbuatan yang baik. Imam Al Hasan Al Bashriy berkata: “Penasehat adalah orang yang menasehati manusia dengan amalannya, bukan ucapannya. Demikianlah keadaan Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam, jika ingin memerintahkan sesuatu, beliau mulai dari dirinya dan berbuat. Jika ingin melarang sesuatu, beliau berhenti darinya. Jangan sampai menjadi contoh jelek dalam masyarakat, sehingga termasuk orang yang dicela oleh Allah dalam firmanNya:

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat) Maka tidakkah kamu berpikir (QS. Al-Baqarah 2:44)

dan Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya :

يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِي النَّارِ فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ
 
بِرَحَاهُ فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَّارِ عَلَيْهِ فَيَقُولُونَ أَيْ فُلاَنُ مَا شَأْنُكَ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ

 وَتَنْهَانَا عَنِ الْمُنْكَرِ قَالَ كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلاَ آتِيهِ وَأَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ

Didatangkan pada hari kiamat seorang, lalu dilemparkan ke neraka, sehingga usus-ususnya keluar di neraka, lalu dia berputar seperti berputarnya keledai di batu gilingannya. Ahli neraka berkumpul mengelilinginya, mereka berkata: “Wahai fulan, kenapa kamu ini? Bukankah dulu engkau beramar ma’ruf nahi munkar?” dia menjawab: “Saya dulu beramar ma’ruf dan saya tidak melaksanakannya dan mencegah kemunkaran dan saya melakukannya”. (Riwayat al-Bukhori dan Muslim ).

Dengan demikian pelaku amar ma’ruf nahi munkar harus menjadi teladan baik dalam masyarakatnya. Tentunya hal ini tidak lepas dari taufiq Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian tarbiyah yang shohih.

Wallahu A'lam
Continue Reading...

Sunday, February 19, 2012

Fastabiqul Khairat

“Dan bagi setiap orang ada memiliki arah yang dituju ke arah mana dia menghadapkan wajahnya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” ( Q.S Al Baqarah : 148 )

Di dalam ayat ini Allah telah menyatakan bahwa merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim supaya tegak dan teguh dalam melakukan kebaikan. dan tidak hanya sekedar maju dalam kebaikan, tetapi terus berupaya juga untuk saling mendahului satu dengan yang lain di dalam hal kebaikan. Sebab kebaikan itulah yang diantaranya membuat kita sebagai orang-orang yang paling baik.

إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ-

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk”. (Q.S 98:7)

Dalam hal antusiasme dalam kebaikan kita bisa melihat bagaimana para sahabat Rasulullah saw. Dalam satu riwayat dikatakan bahwa pada suatu saat para sahabah yang kurang dari segi harta hadir di hadapan Rasulullah saw dalam corak mengadu dan mengeluh, “Ya Rasulullah! sebagaimana kami melakukan salat seperti itulah orang-orang kaya melakukan salat. Sebagaimana kami melakukan puasa seperti itu pulalah orang-orang yang kaya melakukan puasa juga. Sebagaimana kami berjihad, seperti itu pulalah orang-orang kaya melakukan jihad. Tetapi ya Rasulullah ada pekerjaan lebih yang mereka kerjakan. Mereka memberikan sedekah dimana kami yang karena ketidakmampuan kami tidak dapat melakukan itu. Beritahukanlah kepada kami suatu metode yang dengan melakukan itu kami dapat menutupi kekurangan itu.” Beliau saw bersabda, “Setiap selesai salat bacalah subhanallah 33 kali dan 33 kali alhamdulillah dan 34 kali allahu akbar"

Sahabah ini sangat gembira bahwa kini ia dapat setarap dalam kebaikan-kebaikan dengan para hartawan. Mereka mulai mengamalkan sesuai dengan cara ini, tetapi sesudah beberapa hari orang-orang kaya juga mengetahui akan cara ibadat seperti itu dan mereka juga mulai membaca tasbih dan pujian seperti itu. Sahabah ini kembali hadir di hadapan Rasulullah saw lalu mereka mengeluh dan mengadu bahwa para orang kayapun kini mulai melakukan amal seperti ini juga dan mereka menyusul kami. Jadi Rasulullah saw bersabda bahwa apabila Allah memberikan taufik pada seseorang untuk melakukan kebaikan maka bagaimana saya bisa mencegahnya.

Jadi perhatikanlah bagaimana semangatnya mereka untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Diantara mereka banyak terdapat para pebisnis, para hartawan, tetapi dengan adanya perintah Allah ‘berlombalah dalam kebaikan-kebaikan’ maka sedemikian rupa mereka berlomba melakukan amal baik itu sehingga sama sekali tidak ada batasnya.

Kemudian perhatikanlah, bagaimana Allah menghargai kebaikan-kebaikan mereka baik secara personal sebagai individu, muapun berjemaah atau kedua-duanya. Allah memberikan pada mereka sedemikian banyak berkah dan rahmat.

Jadi sebagaimana dalam hadis ini di bawah kekuatan daya pensucian Rasulullah saw para sahabah, baik dia itu seorang yang kaya atau miskin mereka berupaya untuk mendahului satu sama lain dalam puasa, jihad, sedekah-sedekah dan segala bidang kebaikan mereka berupaya berlomba satu dengan yang lain dalam kebaikan.

Mereka juga merupakan sosok-sosok yang menunaikan haququllah dan haququl’ibaad. Dengan membelanjakan harta mereka sebagai sedekah mereka mengkhidmati makhluk-makhluk Allah. Maka sebagaimana antusiasme para sahabat dalam hal berlomba-lomba dalam kebaikan maka kitapun dituntut untuk memperlhatkan semangat yang sama.

Kemudian apa yang dimaksud dengan haququl’ibaad? Yaitu Berbuat baik pada keluarga dan kerabat dekat. Kemudian dari itu yang paling utama adalah menuanaikan hak-hak istri dan demikian pula istri-istri menunaikan hak suami-suami, suami istri menunaikan hak-hak keluarga dari kedua belah pihak, memperhatikan orang-orang miskin

Fastabiqul khoiroot adalah keistimewaan Islam

فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ diantara setiap agama mempunyai keistimewaan-keistimewaan menonjol tetapi disana juga terdapat perbedaan bahwa agama-agama lain hanya menyeru orang kepada kebaikan, tetapi Islam menyeru kepada perlombaan. Pertama, adalah lakukanlah kebaikan dan kemudian berlombalah dalam kebaikan-kebaikan dan berupayalah satu dengan yang lain untuk saling menyusul dalam kebaikan. Disini Allah menggunakan kata perlombaan yang di dalamnya kendati tidak didapatkan arti kata cepat dan segera. Sebab, dari segi lughat andaikata dua orang berjalan lambat sekalipun tetapi satu dengan yang lain, saling mendahului maka mereka telah melakukan perlombaan. oleh sebab disini terdapat perintah bagi setiap orang untuk berlomba. Kini jika seorang dengan upayanya dia menyusul maka untuk yang lainpun terdapat juga perintah bahwa diapun juga harus menyusul ke depan. Maka apabila dia akan menyusul duluan dari itu maka akan timbul upaya orang yang duluan untuk menyusul lebih depan. Jadi oleh karena kepada setiap orang terdapat perintah untuk terdepan dalam kebaikaan-kebaikan, maka dengan demikian akan timbul sebuah perlombaan dalam melakukan kebaikan-kebaikan. Sebagaimana riwayat yang telah diterangkan diawal tadi bahwa para sahabah sangat risau bahwa kenapa si fulan mendahului kami.

Jadi, menjadi kewajiban bagi setiap mukmin bahwa sesuai dengan ajaran itu kita harus lebih maju dalam kebajikan-kebajikan dan berupaya untuk menuju kepada posisi di depan. Dan melakukan kebaikan dengan segenap kemampuan dan bakat kita dalam melakukan kebaikan-kebaikan. Di dalam diri setiap orang Allah telah meletakkan berbagai kemampuan yang berbeda. Sekurang-kurangnya seyogianya setiap orang berbuat sesuai dengan itu. Allah tidak mengatakan bahwa kalian harus mencapai segenap kebaikan dalam satu loncatan dan mencapai segenap standar yang tinggi kebaikan. Dia berfirman bahwa kesuksesan kamu terdapat di dalam upaya kamu yang terus menerus mengayunkan langkah-langkah kalian dalam kebaikan. Langkah kalian janganlah terputus. Kalian terus meninggalkan keburukan-keburukan itu di belakang dan kalian terus maju dalam kebaikan-kebaikan. Dan kemudian setiap orang lihatlah kepada orang-orang yang lebih banyak kebaikan-kebaikannya, lihatlah ke arah orang yang melakukan kebaikan. Inilah perintah yang dari mana akan timbul ruh perlombaan.

Dan dan yang tidak kalah penting disamping untuk saling mendahului dalam kebaikan-kebaikan, kita juga harus saling membantu satu sama lain. Seorang apabila sampai pada martabat kebaikan-kebaikan maka berupayalah juga untuk membawa yang lain bersamanya, sebab terdapat juga perintah bahwa apa yang kamu sukai untuk dirimu sukailah itu juga untuk orang lain. Jadi dengan demikian akan timbul suasana lomba dalam kebaikan-kebaikan. Dan sambil melihat satu dengan yang lain akan bangkit gairat untuk melakukan kebaikan, yang di dalamnya tidak akan ada rasa hasad dan iri. Tidak akan ada upaya untuk menimpakan kerugian pada orang lain,tetapi akan bangkit upaya untuk melakukan kebaikan.

Bagaimana bentuk kebaikan yang paling baik?

Berkenaan dengan Rasulullah saw tertera dalam sebuah hadis bahwa beliau bersabda, kebaikan yang terbaik adalah kebaikan yang manusia lakukan dengan tekun berada di dalamnya. Kondisi yang bercorak “pulang pergi” bukanlah yang hakiki bahkan itu merupakan pertanda orang sakit. Sebagaimana seorang yang berpenyakit gila tidak waras manakala dia tertawa maka dia akan terus tertawa dan apabila mulai menangis maka akan terus menangis,dan apabila mulai makan maka akan terus makan, jika dia tidur maka akan terus tidur dan jika mulai sadar atau jaga maka sampai berminggu-minggu ia tidak akan mengantuk. Di dalam semua perkara itu keinginannya tidak ikut campur dan dia tidak dapat dihukum karena suatu tidakannya. Tidak akan ada yang menanyakan padanya bahwa kenapa dia tertawa dan menangis

Demikian pula dalam kondisi keruhanian pada manusia datang waktu-waktu yang sedemikian rupa yang apabila karena pengaruh sesuatu dari luar atau akibat terjadi kekurangan pada sel saraf atau otak maka akan menyampaikan suatu kondisi khusus pada puncaknya. Jika dia mulai melakukan salat maka dia akan shalat terus menerus, tetapi beberapa hari kemudian dia tinggalkan shalat sama sekali. Dari itu jelas bahwa dia melakukan salatnya bukanlah merupakan indikator meningkatnya kondisi keruhanianya. Sebab jika demi untuk Tuhan dia melakukan salat maka dia tidak akan meninggalkannya. Itu merupakan sebuah penyakit sebagaimana adanya penyakit banyak makan dan penyakit banyak tidur. Demikian pula bisa ada penyakit banyak melakukan salat- salat.

Jadi kebaikan itu bukanlah kebaikan yang dilakukan untuk beberapa waktu sampai kelewat batas lalu dia tinggalkan. Tetapi kebaikan itu hendaknya dilakukan dengan tekad yang teguh, yang didalamnya terdapat keistiqomahan. Jadi lakukanlah kebaikan sesuai dengan kemampuan dan teruslah melangkah maju di dalamnya. Lakukanlah dengan dawam dan istiqamah.

Nasehat-nasehat Rasulullah dalam Berbuat baik

Rasulullah saw dalam berbagai riwayat telah menarik perhatian kita untuk melakukan beragam kebaikan bahwa bagaimana supaya kebaikan kebaikan-kebaikan itu mendatangkan keridhoan Allah taala. Beberapa hadis akan kami sampaikan disini.

Abu Ayyub r.a meriwayatkan bahwa seorang memohon kepada Rasulullah saw bahwa beritahukanlah resep pada saya yang dapat membawa saya ke surga. Beliau bersabda beribadahlah pada Allah dan jangan menyekutukan-Nya dengan siapapun. Lakukanlah salat berjamaah, bayarlah zakat, dan jalinlah ikatan silaturrahmi dengan keluarga dan berbuat baiklah dengan mereka.

Jadi syarat pertama untuk seorang mukmin adalah jangan menyekutukan Tuhan dengan siapapun. Janganlah pekerjaan, bisnis, dinas, istri, anak, dan hubungan-hubungan dunia dapat menjadi penghalang dalam hubungan dengan Allah. Jangan menjadi penghalang dalam mengamalkan hukum-hukum Allah dan sesudah itu perintah yang paling penting adalah laksanakanlah shalat dan bayarlah zakat. Disamping zakat melakukan pengorbanan harta (infaq fi sabilillah) juga merupakan satu perintah dari perintah -perintah yang mendasar. Di awal Al-Quran, Allah – sesudah kalimat

وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ berfirman: وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (mereka menafkahkan sebagian dari yang Allah rezekikan keada mereka). mereka itulah orang-orang mumin, merekalah orang-orang yang ikut bergabung dalam lomba melakukan amal-amal baik yang dari itu mereka membelanjakan harta mereka dijalan Allah yang Allah taala berikan kepada mereka.

Kemudian bersabda jalinlah ikatan tali silaturrahmi dan berbuat baiklah pada keluarga. Perhatikanlah mereka dan perhatikanlah juga perasaan-perasaan mereka dan perhatikanlah pula keperluan-keperluan mereka.

Kemudian tertera dalam sebuah riwayat bahwa Muaz r.a meriwayatkan bahwa saya memohon pada Rasulullah saw bahwa beritahukanlah pada saya amal yang dapat membawa saya ke surga dan menjauhkan saya dari neraka, beliau bersabda bahwa kamu menanyakan hal yang sangat sulit. Tetapi jika Allah menganugerahkan taufik maka ini akan menjadi mudah juga. Bersabda: Beribadahlah engkau kepada Allah, janganlah menyekutukan siapapun dengan-Nya, laksanakanlah salat, bayarlah zakat dengan teratur, berpuasalah di bulan ramadhan dan jika ada bekal maka lakukanlah haji ke Baitullah; jika ada izin, fasilitas-fasilitas juga ada dan aman juga maka lakukanlah haji. Dengarlah, puasa adalah merupakan tameng untuk terhindar dari dosa-dosa. Sedekah sedemikian rupa memadamkan api dosa sebagaimana air memadamkan api. Salat pada pada pertengahan malam adalah merupakan faktor untuk meraih ganjaran yang besar. Kemudian beliau membaca ayat ini تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ -Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya untuk melaksanakan salat tahajjud, (Assajdah 16. Kemudian beliau bersabda: ‘Akar agama adalah Islam. Tiangnya adalah salat dan puncaknya adalah jihad. Dan berkenaan dengan ringkasan semua agama beliau sambil memegang lidah beliau sambil bersabda ‘tahanlah ini!

Riwayat ini memang hampir sama dengan riwayat pertama tadi, yakni, puasa di bulan Ramadhan dan haji. Kemudian oleh sebab di dalam diri beliau terdapat rasa antusiasme untuk menyuruh umat beliau memilih jalan yang lurus dan untuk menegakkan kebaikan – kebaikan karena itu banyak lagi hal- hal atau perkara perkara kebaikan yang beliau sendiri jelaskan dengan seterang-terangnya. Bahwa puasa melindungi kamu dari dosa-dosa, sedekah dan pengorbanan harta melindungi kamu dari api neraka, melakukan shalat tahajjud menjadi faktor meraih pahala yang sangat besar. Kemudian beliau memberitahukan bahwa puncaknya adalah jihad. Dan untuk konteks zaman sekarang jihad itu adalah jihad melawan hawa nafsu, menahan diri dari keburukan – keburukan lalu tetap tegak pada kebaikan – kebaikan, bahkan disini maksudnya adalah jihad saling berlomba satu dengan yang lain dalam kebaikan –kebaikan, jihad adalah jihad pengorbanan harta, jihad membungkam mulut lawan–lawan Islam dengan dalil-dalil.

Kemudian ringkasan agama yang beliau sabdakan adalah ucapkanlah senantiasa kalimah-kalimah yang baik, berilah ajaran yang baik. Janganlah pernah menyakiti seseorang dengan lidah kalian, dan janganlah menyakiti perasaan seseorang dengan mengatakan kata-kata yang pahit. Sebab perkataan kalian sendirilah yang membawa kalian ke dalam neraka.

Tertera dalam sebuah riwayat bahwa Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda bahwa ada lima hak orang muslim pada orang Muslim lainnya. Menjawab salam, menjenguknya jika dia sakit, jika meninggal maka ikut dalam acara jenazahnya, menerima undangannya dan jika dia bersin lalu mengatakan alhamdulillah maka jawabannya adalah membaca doa yarhamukallah.

Ada satu hal yang lebih dalam satu riwayat bahwa apabila engkau menemuinya maka katakanlah salam padanya dan jika dia meminta musyawarah yang baik padamu maka berilah musyawarah penuh rasa simpati dan berilah padanya musyawarah yang baik.

Jadi, inilah merupakan cara untuk mengembangkan kebaikan dan cara maju dalam perlombaan yang Rasulullah saw telah ajarkan kepada kita. Jika itu direnungkan maka lihatlah dengan mengamalkan hal-hal itu akan lahir masyarakat yang indah, yang merupakan masyarakat yang hanya terdiri dari orang-orang yang melakukan kebaikan. Yang merupakan masyarakat yang menyebarkan kebaikan, yang merupakan masyarakat yang maju dalam kebaikan-kebaikan. Dimana mereka satu dengan yang lain saling mendoakan, dan mereka satu dengan yang lain saling memberikan musyarawarah yang berasas pada rasa simpati dan memberikan musyawarah yang baik. Sambil menggandeng tangan orang yang terbelakang dalam kebaikan-kebaikan untuk ikut serta bersama mereka.

Kemudian tertera dalam sebuah riwayat bahwa bersumber dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang utama dalam suatu kebaikan di jalan Allah maka dia akan dipanggil masuk ke dalam surga melalui pintu kebaikan itu. Dia akan dipanggil, hai hamba Allah! pintu ini adalah lebih baik bagimu masuklah melalui ini. Jika dia merupakan orang yang istimewa dalam perihal salat maka dia akan dipanggil dari pintu salat. Jika dia istimewa dalam perihal jihad maka dia akan dipanggil melalui pintu jihad. Jika dia istimewa dalam perihal puasa maka dari pintu puasa dan jika dia istimewa dalam sedekah maka dia akan dipanggil dari pintu sedekah. Mendengar sabda Rasulullah saw ini Abu bakar bertanya, hai Rasul Allah ! ibuku berkurban untukmu barangsiapa yang dipanggil dari suatu pintu maka dia tidak mementingkan pintu yang lain lagi, tetapi mungkin kemudian akan ada yang bernasib mujur yang akan mendengar suara yang memanggilnya dari semua pintu ? Beliau bersabda: Ya, dan saya mengharapkan bahwa kamupun termasuk dari antara orang yang bernasib mujur itu.

Jadi inilah sikap dan keinginan orang yang berlomba dalam kebaikan-kebaikan yang sejati bahwa kiranya mereka masuk dari setiap pintu. Dan seyogianya harus berupaya supaya semua kebaikan dilakukan. Sebab di sebuah hadis yang lain ada juga tertera bahwa neraka jahannam juga mempunyai beberapa pintu dan pintu-pintu jahannam dapat menjadi penghalang bagi orang-orang yang berdosa untuk masuk ke dalam surga.

Kemudian tertera dalam sebuah riwayat bahwa ada seorang datang dihadapan Rasulullah saw dan berkata: Hai Rasul Allah! sedekah apa yang paling besar dari segi ganjaran? Beliau bersabda: sedekah yang paling besar adalah bahwa kamu memberikan sedekah dalam keadaan kamu sehat dan kamu perlu terhadap harta dan kamu dalam keadaan sangat menginginkan sekali. Pada saat takut pada kemiskinan dan mengingikan kesejahteraan. Janganlah kamu berlama-lama untuk melakukan sedekah sedemikian rupa sehingga nyawa berada di tenggorokan lalu kamu mengatakan bahwa saya akan memberikan si fulan dan si fulan sekian. Padahal kini harta itu bukan lagi milik kalian itu kini telah menjadi milik si fulan. Yakni orang yang meninggal sudah tidak punya wewenang lagi atas hal itu.

Semoga Allah menganugerahkan taufik pada kita supaya kita jangan hanya menjadi orang yang mengupayakan kebaikan bahkan dengan berupaya berlomba dalam kebaikan itu kita juga meraih tingkatan ketakwaan yang tinggi. Setiap ucapan kita, setiap pekerjaan kita, duduk dan bangun kita sesuai dengan keridhoan Allah.

Wallahu A'lam
Continue Reading...

Sunday, February 12, 2012

Berlomba - Lomba Berbuat Kebajikan

الدني مزرعة الآخرة
"Dunia Adalah Ladang Akhirat"

Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam semesta, Sholawat dan Salam semoga senantiasa tercurahkan kepada penghulunya orang-orang yang zuhud dan imamnya para ahli ibadah. Amma ba’du :

Sesungguhnya dunia adalah negeri persinggahan bukan negeri untuk menetap, dunia adalah tempat yang penuh dengan duka cita bukan tempat tinggal untuk bersuka cita. Maka sepatutnya bagi seorang mukmin menjadikan dunia sebagai bagian perjalanan, mempersiapkan bekal dan hartanya untuk menuju ke perjalanan yang pasti. (ke akhirat)

Maka merupakan kebahagiaan bagi siapa yang menjadikan perjalanan ini bekal yang akan menyampaikannya ke keridhaan Allah Ta’ala, yang menghantarkannya kepada ganjaran surga-Nya dan kepada keselamatan dari neraka-Nya.

"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. Al Maa'idah : 48

Jalan terang tersebut bagi Ummat Muhammad صلي الله عليه وسلم adalah jalan yang dilalui (sunnah) Rasulullah صلي الله عليه وسلم, Sahabatnya dan semua yang mengikuti mereka hingga akhir zaman, inilah yang dikatakan Ahlus Sunnah yaitu orang yang mengamalkan sunah Rasulullah صلي الله عليه وسلم dan berkumpul di dalamnya dengan beribadah kepada Allah baik dalam masalah aqidah (keyakinan), perkataan, perbuatan, dan panutannya adalah Shalafusshalih dari sahabat, tabiin dan pengikut tabiin.

Untuk menjadi bagian dari Ahlus Sunnah kita wajib meniti jalan terang yang telah dilalui oleh Rasulullah صلي الله عليه وسلم dan para sahabatnya رضي الله عنهم, bukankah kita selalu berdo’a disetiap shalat ‘Tunjukilah kami-ya Allah- jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat” (QS: Al-Fatihah:6-7), inilah bahasan tentang jalan tersebut dan semoga bermanfaat bagi kita semua, 

"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa" Al Baqarah : 177

Dalam Surah Al Maidah ayat 48 diatas dapat kita ambil satu point di antara beberapa perintah Allah Subhanahu Wata'ala yakni dianjurkannya kita untuk ber- fastabiqul khairat. bersegera dalam melakukan kebaikan, dan dorongan bagi orang-orang yang ingin berbuat baik agar segera melakukannya dengan penuh kesungguhan tanpa ragu sedikitpun. sedangkan dalam surah Al Baqarah 177 terdapat beberapa penjelasan tentang pokok - pokok kebajikan. 

Melakukan kebaikan adalah hal yang tidak bisa ditunda atau ditinggalkan  melainkan harus dikerjakan. Sebab kesempatan hidup sangat terbatas. Kematian bisa saja datang secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya. Karena itu selagi masih ada kehidupan, segeralah berbuat baik. Lebih dari itu bahwa kesempatan berbuat baik belum tentu setiap saat kita dapatkan. Karenanya begitu ada kesempatan untuk kebaikan, jangan ditunda-tunda lagi, tetapi segera dikerjakan. Karena itu Allah swt. dalam Al Qur’an selalu menggunakan istilah bersegeralah, seperti fastabiquu atau wa saari’uu yang maksudnya sama, bergegas dengan segera, jangan ditunda-tunda lagi untuk berbuat baik atau memohon ampunan Allah Subhanahu Wata'ala.

Untuk berbuat baik hendaknya selalu saling mendorong dan saling tolong menolong. Kita harus membangun lingkungan yang baik karena dari lingkungan juga berpengaruh bagi kita untuk berbuat kebaikan. tidak sedikit memang seorang yang tadinya baik menjadi rusak karena lingkungan. kesigapan melakukan kebaikan harus didukung dengan kesungguhan yang dalam tidak mungkin kebaikan dicapai oleh seseorang yang setengah hati dalam mengerjakannya. Rasulullah SAW bersabda untuk mendorong segera beramal sebelum datangnya fitnah, di mana ketika fitnah itu tiba, seseorang tidak akan pernah bisa berbuat baik. Sebab boleh jadi pada saat itu seseorang dipagi harinya masih beriman, tetapi pada sore harinya tiba-tiba menjadi kafir. Atau sebaliknya pada sore harinya masih beriman tetapi pada pagi harinya tiba-tiba menjadi kafir.





Melalui usaha maupun pekerjaan yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh, doa, sabar , ikhlas , ridha dan tawakal sebagai sandarannya serta selalu saling berkompetisi didalam berbuat kebaikan dsb, adalah satu kendaraan yang paling tepat dan efektif untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan kehidupan negeri akhirat yang abadi.

Wallahu A'lam
Continue Reading...

Saturday, February 11, 2012

Menjalani Kehidupan Dunia

Kehidupan ibarat gelombang kadang bahagia kadang sedih maka, marilah kita senantiasa bersyukur dalam mengapai dunia dan isinya. Supaya hidup kita tidak goyah dalam menghadapi semua cobaan yang ada di dunia ini, karena ada yang mengatakan dunia dan isinya adalah pana, jangan banga dengan harta kita punya, jangan besar kepala dengan jabatan, semua itu hanya anugrah Allah dan sewaktu-waktu Allah bisa memintanya…!!!

1. Memahami tujuan hidup

Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah, semua aktifitas kehidupan kita di dunia ini dalam rangka beribadah kepada Allah. ” Wamaa khalaqtul jinna wal insaa illa liya’ buduun..”ibaratnya seseorang itu keluar dari rumah mau pergi kemana, bila ada tujuannya ketika ia ditanya, bisa menjawab. misalnya mau ke toko beli susu. Kalau ia keluar rumah tanpa tujuan, ketika ditanya, ia akan bingung…” kemana..ya..?” jadi tujuan hidup kita adalah beribadah kepada Allah Ta’ala.

2. Memahami nilai dunia dan nilai akhirat

Ada beberapa tipe orang dalam memandang nilai dunia dan nilai akhirat, antara lain:

a. Mengejar Dunia saja ( Nilai dunia lebih dari akhirat). Mungkin ini fenomena kehidupan orang kebanyakan, yang sudah hampir meninggalkan agama dan banyak yang tidak beragama. Hanya mengejar kesuksesan duniawi saja dan sudah tidak percaya dengan kehidupan akhirat nanti. Kadang uang dipandangnya sebagai tuhan.

b. Mengejar Akhirat saja. Sebagai contoh Sufi jaman dulu, sehari hari hanya untuk beribadah/hablu minallah, padahal manusia dituntut untuk hablu minannas, dan manusia harus memenuhi kebutuhan kemanusiaannya, seperti makan ,minum , bekerja, menikah, berkeluarga, bermasyarakat dan lain sebagainya. Rasulullah bahkan melarang sahabatnya yang puasa tidak berbuka, qiyamul lail tidak tidur dan membujang tidak menikah. Rasulullah utusan Allah yang sudah pasti dijamin masuk surga pun melakukan hal yang bersifat kemanusiaan.

c. Tidak mengejar dunia maupun harapan akhirat. Orang yang tipe seperti ini sangatlah tidak beruntung. didunia sengsara, akhirat pun terlupakan. Masih banyak tipe seperti ini di tanah air kita, yang data penduduknya terbanyak beragama islam. Adalah orang miskin yang kufur. Ia tetap dalam belenggu kemiskinan tapi tidak berusaha memperbaiki ibadahnya, tapi berteman dengan kekufuran.

d. Memandang dunia sebagai ladang amal dan akhirat sebagai tempat menuai hasil. Orang yang hidup di dunianya selalu beramal kebajikan, menjalankan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya. Jadi untuk hidup tenang di dunia kita fahami bahwa dunia adalah ladang amal, dan di akhirat nanti kita akan menuai hasil.

3. Syukur dan Sabar.

Jika kita selalu bersyukur dengan apa yang Allah berikan kepada kita, insyaAllah akan Allah tambahkan selalu kenikmatan. ” lain syakartum la aziidanakum wa la inkafartum inna adza bi lasyadid “

Kita bersyukur dengan yang ada pada kita, jangan berkeluh kesah dengan yang tidak ada pada kita. Misalnya kita kurang dari segi ekonomi, anak 3 tapi kendaraan hanya sepeda motor, tiba-tiba bertemu dengan kawan lama yang datang berkendaraan mobil kijang, tapi belum dikaruniai keturunan. Maukah satu anak ditukar dengan mobil kijang…??

Dan sabar adalah satu hal yang sangat mudah diucapkan dan dinasihatkan tetapi sangat sulit dilakukan. contoh: orang yang tertimpa musibah, pastilah harus bersabar dan selalu mendapatkan nasihat dari orang-orang disekelilingnya agar bersabar. Semoga kita termasuk orang-orang yang bersabar. Allah selalu bersama orang-orang yang bersabar.

4, Tawakal sesudah Ikhtiar

Al Qur’an. Surah Al Maidah : 23, Orang yang beriman itu harus bertawakal kepada Allah, setelah ia berikhtiar/berusaha. Tidak membenci Allah bila usaha kita( apa yg kita kerjakan/lakukan/usahakan) hasilnya tidak sesuai dengan harapan kita.

5. Memahami takdir dengan benar

Memahami takdir itu bukan hanya pasrah dan menyerah tanpa usaha. Jaman dahulau khalifah Umar bin Khaththab, pernah kan memasuki sebuah kampung dan melihat ada ‘endemi’ (penyakit menular) kemudian mengurungkan niatnya untuk masuk ke kampung tersebut. Umar mendapat kritikan dari seseorang bahwa umar tidak boleh lari dari takdir. Kata Umar, “Aku lari dari takdir ke takdir yang lain”

6. Menjaga keseimbangan, antara ruhani, akal dan jasmani.

Tawazun ( keseimbangan) baik manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, yang ada dalam diri manusia itu ada 3 unsur adalah jasad, akal dan ruh. Dimana 3 unsur ini harus diberi asupan yang seimbang. Jasad diberi makan yang halal dan baik. Akal selalu diasah dengan ilmu dan pengetahuan. Ruh pun harus senantiasa disiram agar senantiasa bersinar cemerlang, hati yang selalu bisa menerima kebenaran yang datang dari Allah Subhanawata’ala.

7. Pandangan terhadap harta

Dalam islam harta adalah milik Allah. Harta bukan hanya untuk hidup tapi juga sebagai alat untuk beribadah kepada Allah. Ada nasihat, “peganglah harta dengan tanganmu, jangan kau masukkan harta di hatimu”. Ketahuilah nanti di akhirat manusia akan ditanya, dari manakah hartanya didapatkan dan untuk apakah hartanya dibelanjakan.

Semoga bermanfaat buat pribadiku dan siapa saja yang membaca tulisan ini.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (٢٧) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (٢٨) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (٢٩) وَادْخُلِي جَنَّتِي (٣٠

“Wahai jiwa yang tenang ! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan di ridhai Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba Ku. Dan masuklah ke dalam surga Ku” Quran Surah Al Fajr: 27-30
Continue Reading...
 

Blogroll

Site Info

?>

Text

Dunia Islam Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template